Monday, August 01, 2005

the death of a mountaineer

akhirnya kamu pulang juga
segala laku dan ingatan
dan elan vitale
kamu tinggal begitu saja
teronggok di sisi busuk rasa gamangku
tentang rasa dan hamparan penasaran
menggulungku setiap diam
menghidupkan teleportku
tercampak aku tiba tiba
pada pamungkas srinindita dan karangwuni
lalu menghempas ku ke gemawang
obrolan dan dangling conversation
dari ulung sampai ke cikal arosbaya
lalu hilang

lalu ya itu pung...
aku terpental ke bawah jembatan klangon,
lalu...
ya luweng jaran ya hari bumi
sesak napas di kali brantas, cengklik dan samas
ya winnetou ya machiavelli ya mc cleland
ya itu pung...
ya 24 deadwood alias dan roswell
the omnibus of synchronicity

ya itu pung
akhirnya kamu pulang juga
dan aku tak lagi tanya
apa yang kamu rasa sekarang
karena rasamu mestinya sudah first ascent
kumpul dengan bun, han, dan pak martin (ingat
teman perjalanan, panglima suku damal,
10 bekas anak panah di dada dan betisnya....?)

ya itu pung
beribu bekas anak panah
membungkus seluruh tubuhku
dan setiap lubang
bercerita tentang kamu

ya itu pung
aku akan matikan api unggun
telah dini hari ini
tidurlah
aku masih sibuk dengan anganku.

(tiebet 1 agustus 2005, ketika pupung tak lagi ada)

Friday, July 22, 2005

the down of a mountaineer

antara bujila sampai ilaga
perjalanan pagi hari lewati larson dan danau danau
para meno kaki belah uang merah dan takis perus?
apa yang kamu rasa sekarang?
punggung timur carstenz ngga pulu dan lembah kuning...ingat?
dinginkah kah kamu? sedingin sekian malam siege tactics kita?
sesesak sambungan chocks dan cowstail dan ransel kita?
heh, allahu-akbar setiap puncak...ingat?
apa yang kamu rasa sekarang?

(tiebet 22 juli 2005, teringat pupung tergeletak di aisiyu)

Monday, July 18, 2005

menari/zen

para ibu,
jarit baru
kebaya norak
mainkan lendang
menari zen

air mata basahi pupur
jadi kelabu membentuk garis
berkelok di cekung mata
turun ke pipi
ke ujung bibir
tertarik di ujungnya
merana

para ibu
mengais pandang
penonton kosong
cuma ketela
pohon tercabut
telah diambil
semua umbinya

para ibu
tetap menari
lambaikan lendang
bentuk lingkaran
arah penonton
(cuma ketela, pohon tercabut
telah diambil semua umbinya)
gerak membungkuk
hormat takzim
dendangkan salam
begini bunyinya:

(aiya iya iyo
sirkus kampung
trubador jalan
selamat datang!
satu guru satu ilmu
tentu saja
jangan menganggu!
aiyo iyo iya
tuan puan handai tolan
tanah perdikan
mohon ijinkan
kami panggungkan
seni budaya kehidupan
tentang seri dan dukana
tentang kutuk dan serapah
tentang padi dan kumbang
dan pohon jamblang
dan getah dupa
dan zen)

lalu kaku tubuh mereka
gemuruh angin
sorakan maya
letupan dendam
tiba tiba tak berdaya
kerna para ibu sedang menari
menari zen

dan tak ada yang tak tahu
rasa nikmatnya
menari zen dengan sukma
tak ditonton tak apa apa
tak digubris sudah biasa
tak makan
entahlah
entah bisa
entah jalan pulang
tinggal surga

(tigaribu terbit tenggelam matahari,
para ibu masih menarikan zennya
tak juga
penonton
silih ganti
… tak ada!)

- kubikelku, 27 Mei, 12.38 WIB -

dan
para ibu terus menari
menembus malam menjelang pagi
lambaian lendang lembut melayang
menampar rindu, mengguyang kasih
merobek duka merunut nasib lalu meradang
bah!
melahap kupu terbang menelan sarang belalang
menggerit pokok kayu
meremuk tebing menggerus batu
menghisap kali menggulung tepian
menokok gunung mengerat langit
menggundu bintang
membelah sukma dan
jagad tunggang langgang
berlari tanpa arah rasa tak jenak
terus bertanya: kenapa ya? kenapa ya?

dan para ibu tetap menari
menarikan zen
mereka
sambil bersenandung
ditingkahi elahan napas dengusan lelah
sayup rintih menggendam gendang telinga

(semata wayang mengejar bayang
duh gusti pintaku pinta
sepanjang galah pintalan duka
jangan di-jenu dengan laku
muka murka membakar marah
apa yang tertinggal?
durjanakah? durjana?)

(duh biyung duh biyung
jenang putih glali abang
padhang ra dadi dolanan
kesengkang perih raga lan rasa
lakon lanang lakuning pamrih
laku tembih lakon tembih laku?)

dan
para ibu terus menari
tak rasa dapur tak asap lagi
cucian kering asahan kosong
rasanan unggas berdecak di bilik sepi
menghujat para lelaki pandangi ibu lagi menari
terus
menari
menarikan
zen

(kubikelku, 10 juni 2002, 16.41 wib)

bungarampai

1
jika ada banyak jika
telaga tak akan pernah tenang
kerna nafsu akan membuat
gelombangmu tak pernah henti
kerna hidup takkan lagi sekedar biru
tapi juga takkan ungu
kerna aku tak mau luka
kerna luka
tak pernah pisah
dengan duka
dan denganmu
duka
takkan pergi
dari sarangnya

2
rasa penasaran ini tak kan terpenuhi
kuserahkan pada sang kala
memberi jawaban yang tak juga pasti
ku sembunyi
dibalik pepohonan jiwa meranggas
kusadari laku ini takjuga banyak berarti
apa lagi apa lagi?

3
adalah percobaan
mencoba mengerti
akan seperti apa
kita nanti...

maybe

1 - yes

yes, maybe i lie to you
that the sound is not so thunder
along the glimmering wave of whisper
between the roar of a just lame tiger
believe me,
maybe i lie to you

thus, let it be like this
follow the reddest sun
our very own sun
and then
let it be like this
saint of sorrow will clasps it's ears
as such saying
no, hear nothing folks ...
no hearsay at all

2 - that

its a matter of fact that
from time to time is an anniversary
that water will never pass the same runaway again
that shadow is the most vicious inside of you
that regardless means disputing all reality that sneak into you dream
that all mention above
is nothing
and
nothing
at all !!

(limakosongsatu juli 2002)

lewat caraka

lewat caraka…
lewat nasib
ada rosebud kuning melayu
untuk gwein dari lot
untuk yang terkasih guinevere, putri camelot, belahan jiwa lancelot muda
terombang ambing antara benar dan khianat atas cinta
rasa yang tak pernah bisa bebas
bahkan setiap ayunan lengan menghentak pedang memutus nyawa,
terpental begitu saja, bagai tertahan zirah yang tak tembus apapun bahkan cahaya
dan begitulah
ketika tlah jauh lot berkuda
sedang menuai panas unggun
mengenang senja di camelot
bau masakan dan asap dapur
seronok pagi memenggal malam ditingkahi bau tanah dan embun basah
ketika terbayang entah dimana dan sampai kapan
melewati waktu jaga

[dan begitulah,
sang kekasih meremas kuntum kenangan,
menggulirkan air mata dari ujung mata hati
terdengar lamat gumam dukanya
'aku gwenie the queenie, jiwa mati martir cinta tanah camelot, pemersatu britania,
slamat datang pucat pasi hidup kekalku . . .]

limakosongsatu, 11 maret 2001

and yes it was

and yes it was
i stood out there stone cold
and rain poured all over me
while the untold stories
wrapped in painted memories
clinged into my wet wondering
haunting the darkest space and time
of the where were you
the serenade of you
running along the unspoken karma
and yes
it was !
(kuningan 14/2/01, along the early morning way, on rehearsing her love affair)
 
 free web counter Counter Powered by  RedCounter