Thursday, September 11, 2014

rooftop (kenapa kamu?) #1

kakimu menjuntai goyang goyang mengejek orang orang yang lalu-lalang sembilan puluh sembilan meter di bawahmu, mengunjuk-unjuk kan kakimu ke setiap orang yang melihat ke arahmu hingga makin banyak yang tengadah dan terperangah, tingkah polahmu duduk dipinggir rooftop itu telah membangunkan kegamangan banyak orang di bawah.
kenapa kamu? rasa duka apa yang mengharubiru sampai tidak peduli lagi keselamatan dirimu....?.
sembilan langkah di belakangmu aku menyapamu ‘baiiiin... ini impossible....!’ sedikit berteriak, mencoba menembus derasnya suara angin di ketinggian itu,
‘aku bukan shontelle..!’ teriakmu ketus1
then get stronger...!’ balik ketus aku 2
 ‘everything kills...!’ 2 teriakmu, sambil reflek membuatmu menoleh dan kulihat matamu tak lagi terang sepertinya penuh dengan airmata yang kau tahan untuk tak mengalir keluar.
‘goooostialah....’ gumam hatiku, apa yang terjadi padamu?; dan entah kebodohan entah kerna kebersamaan kita menembus halang rintang antara hidup mati selama ini, tiba tiba saja aku melangkah kearahmu, tak beban tak takut aku lalu duduk persis disebelahmu persis seperti posisimu, dan lamat tapi panjang suara ‘ haaaahhhh’ terdengar dari bawah (dan kamu tak sedikitpun peduli, menolehpun kamu tidak ke aku... brengsek..!).
entah berapa menit kita hanya diam, lalu ‘stop over-analyzing...’ begitu saja kamu menggumam
aku menoleh ke kamu, tak kusadari ‘life is simple...’ keluar begitu saja dari mulutku
this is your life, do what you love....’ sambungmu tanpa jeda
and do it often...!’ sahutku, menoleh kearahmu, dan deras air mata mengalir dari kedua ujung pelupuk mata mu... shiiiit!
(iya kita selalu ingat mantra itu: stop overanalyzing life is simple this is your life do what you love and do it often!, ketika sembilan anak panah merajam kaki perut dan dada pak martin pejuang lembah damal, ketika sarah blackmore bersimbah darah di pelukanku kena peluru nyasar diantara perkelahian liar di kafe raki di istambul malam itu, ketika bi-plane kita  nyungsep ke lumpur sungai atsj di asmatipura (istilahmu) beserta 2 ibu hamil tua dan 2 anjing kesayanganmu, ketika antara banja luka dan avala diantara serakan alat perang kita kubur siapapun yang homecoming.... katamu. iya kita selalu ingat mantra itu, kita pakai untuk doa duka dan luka perjuangan, perang dan penguburan....!)
 ‘ruok?’ 3 tanyaku, dan kamu cuma menatapku tersenyum, menyilangkan tangan kiri, mengepal dan menepuk-nepuk kan ke dada kanan
bulshiiit..!’ lanjutku sambil juga tersenyum membalas tatapanmu
 ‘who are you to judge me...?’ balasmu sambil menjentikkan sisa samsu ke bawah, melayang jauh dan kita tatap gerak setengah lengkung  nya sampai jatuh menyentuh trotoar seberang jalan antara stan penjual buah dan koran.
‘aku tidak akan lompat’ katamu sambil melihat kebawah sembari tetap menunjuk dan menggoyang kakimu
‘lalu sekarang ini apa?’ timpalku
‘ini ritual bunuh diri... membayangkan apa yang bisa terjadi, apa yang akan terjadi...’ lanjutmu
‘tapi tidak sampai mati?’ tanyaku sambil menggeser pantatku lebih kebelakang
‘tidak tahu juga... apa yang bisa terjadi ketika kamu seperti aku sedang membayangkan apa yang bisa dan apa yang akan terjadi?’ jawabmu tanpa ekspresi seperti biasanya kalau kamu sedang berbohong ke aku
‘kamu tidak akan mati..., kamu akan menikmati ini semua, lalu pulang dan membuka volume amplimu sebesar besarnya, lalu memutar classic rock sebebas bebasnya, lalu kamu memeluk guling, lalu tidur...!’ komentarku
‘lalu kamu merasa lega ketika itu semua memang terjadi..?’ jawabmu
‘tidak juga... te-ao4 akan tetap mengikutimu.. bahkan tidurmu pun tak kan jenak dan bangunmu akan menunggu peluk cium selamat paginya...’ jawabku terguguk dan aku mulai menangis sekarang... shiiit..!
‘aku sudah mati han... jadi sekarang ini adalah ritual.. tentang orang mati yang tak sempat menjalani proses matinya, tentang kematian yang dinikmati setelah kejadiannya, jadi te-ao bukan bagian dari ini, itu bagian kesedihan mu.. jangan ikut-ikut kan aku...’ khotbahmu
‘ya sudah.. kamu sudah mati sekarang.. semua ini ritual.. kamu sudah mati....! sebelum atau sesudah te-ao mati?’ jawabku emosi
kamu memandangku,  aura benci di matamu.. entah ke siapa, lalu ujarmu ‘te-ao tidak mati han.. kamu sendiri yang memeluknya, aku yang menahan belakang kepalanya dan kita yang membersihkan tebaran daging dan ceceran darahnya... kamu dan aku yang mendengar pesan terakhirnya: guys.. i’m not dying.... i’m leaving....!
‘iya bai.. she was leaving... not you...’ sahutku sinis dan tetap menangis, sementara orang orang dibawah makin ramai memandang ke arah kami, ambulan dan polisi sudah datang dan beberapa dari mereka tampak berlarian ke arah pintu lobby gedung yang rooftop nya sedang kami duduki
come on bai... all is over.. all is ok.. ayo turun..’ lanjutku
kamu diam saja, tak sedikitpun bereaksi
‘bai..’ lanjutku, ‘tea-ao mati bukan karena aku bukan karena kamu bukan karena orang lain... tea-ao mati..’
‘karena kita terlalu bangga dan terpana atas kegilaannya...!’ sahutmu ketus
‘te-ao mati karena kita tidak pernah terpikir bahwa kegilaan atas nasib manusia akhirnya bisa membunuh dia..!’ lanjutmu sambil mengusap ingus dan air matamu
kalimat terakhirnya membuatku terdiam, mulutku kaku seakan memberi tanda untuk jangan mengatakan apapun lagi... jadi aku tetap diam dan begitu saja beribu frame film tentang masa masa itu, masa masa dengan bain dan te-ao bertiga menjelajah dunia berputar lambat, sekelebat demi sekelebat di kepalaku
aku mual tiba tiba, kepalaku berat dan rasaya melayang serasa lega kalau aku biarkan tubuhku jatuh melayang kebawah dan lalu berakhir diam di trotoar sekan tidur panjang tanpa mimpi dan terbangun tengah malam, aku harus bergerak, berdiri dan meninggalkan tempat ini, aku tiba tiba saja merasa panik dan takut yang berlebihan
....................
aku harus mengakhiri tulisan ini, di lantai enampuluh tiga di kamarku, aku duduk menghadap jendela, atap setengah kubah indoor stadium merona merah kena matahari sore, jendelaku terbuka lebar, angin dingin menerpa dinding dan memantul ke punggungku, tidak terdengar suara nguing nguing ambulan di bawah, tidak juga teriakan orang selayaknya melihat tubuh melayang dari ketinggian dan hancur berantakan di aspal jalan...
jadi kusudahi saja, mestinya bain masih duduk di roof-top itu, dikelilingi entah berapa banyak para good samaritan5, aku mau tidur saja, dan semoga tidak dibangunkan oleh berita kematian...
shontelle, penyanyi dan penulis lagu kelahiran barbados terkenal dengan single hitnya impossible (lirik & lagu)
what doesn’t kill you (stronger), salah satu lagu hit dari kelly clarkson (lirik & lagu)
ruok – are you ok?
te-ao: bahasa suku maori di selandia baru, artinya bumi/ibu pertiwi, sering dipakai untuk nama anak perempuan
good samaritan – orang yang dengan sukarela membantu mereka yang sedang dalam kesulitan
(belakang mom, 19.10 wib kamis 11 september 2014  - on the question of amygdala hijack)
 
 free web counter Counter Powered by  RedCounter