Thursday, January 31, 2008

the six chronicles: kronik piri reis (#1)

ribut bunyi tuts kibor meneruskan kode ascii menjadi tulisan enter di monitor, merespon tulisan exit dari elder. menekan alt-S, pmag menge-send-nya, lalu menghela napas, melepas earphone dari kedua kuping, seraya mematikan mp3-nya.

“case closed”, pikirnya, dan yang terbayang sekarang adalah plain yoghurt, diselingi teh tawar panas sekali, duduk sila di taman samping sayap L gedung brengsek ini, “hmmm, good light lunch, not bad“, pikirnya lagi.

pantatnya baru akan meninggalkan kursi ketika telpon kubikelnya berdering, diangkatnya gagang dan belum keluar halo dari mulutnya, “pmag, aku udah kirim list nya, you’d better read it right now, plis cek ya, wis yo!? ” suara serak peewee mengalir deras dan koneksi langsung putus. “sialan peewee! “ gumamnya, pantatnya terpaksa jenak lagi di kursi, membuka mailbox, meng-open kiriman peewee, dan mulai membaca.

“shit, shit . .!”, pmag bergumam sambil membaca ulang chat list kiriman peewee. kedua tangannya memangku muka lucunya, kedua bibir merahnya saling menekan atas bawah, kadang seakan memonyongkan mulut kadang seperti ketawa sinis.

“kenapa exit enter” pikirnya, “tanpa menunggu enter dari pee, berarti abe benar terburu buru . . ?!” otaknya bergolak, sejalan dengan adrenalinnya terasa mulai menaik juga, termasuk tiba tiba kebelet pipis.

“kalau abe ketahuan, ok, berarti tidak ada lagi info lanjutan, terakhir berarti 1001-onsky, shit . . . “ teriaknya keras, “harus cepet kontak, analisa cepat, kabari elder... sekarang!"

“shit, shit . .!”, teriak pmag, meninggalkan kubikelnya, berlari kecil, menuju ke han yang lagi duduk baca koran di meja kopi, dan berbisik kepadanya: “han…., emex needed aku ot abe 1001 onsky!”, lalu meneruskan langkahnya ke war room.

han menoleh terperanjat, langsung menyusul pmag, sambil menyentuh bahu perempuan yang lagi menyeruput teh disebelahnya: “jina ikut…!”, kata han dengan sedikit nada memerintah.

jina, trainee paling bermasalah tapi juga paling aneh kemampuannya di headquarter, kecil manis berkacamata, anting panjang bentuk dolpin di kuping kiri dan tato gambar mata di dahi, di atas antara kedua mata aslinya; cuma menganga diam memandang han yang kelihatan tegang.

“sekarang dogol..!” lanjut han.

jina langsung ikut beranjak, tetap membawa cangkir tehnya, sambil bergumam pelan dengan muka tanpa ekspresi: ”sekarang dogol! huh!”, lalu berjingkat cepat menyusul han ke war room.

headquarter/war room - pmag duduk di pojok meja lonjong besar di tengah ruangan, layar plasma besar memampangkan chat list abe dengan pee wee, di plasma yang lebih kecil di sebelah kiri chat list pmag/elder juga terpampang.

han dan jina masuk war room hampir besamaan, pandangan han langsung terfokus ke kedua layar, sambil menuju kursi terdekat, duduk dengan mata tetap nyalang ke layar; sedangkan pmag tak henti melihat segala tingkah laku han, seakan menunggu apa reaksi han melihat kedua chat list itu.

jina masih berdiri di pintu masuk, melihat layar lalu menoleh bergantian ke arah han dan pmag, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi; rentetan tulisan di layar memberi jina sedikit kesimpulan ada emergency sedang terjadi, tapi lainnya…? dia blank.

“kenapa kamu te-o mag?” gumam han, memecah keheningan di kamar itu. “dan kenapa harus dengan aku..?”.

“gak ada orang lagi han, dan siapa yang dipercaya abe untuk saat sekarang ini selain kamu…? dan by the way, kenapa ada jina han..? pmag menjawab tenang sambil juga bertanya balik, tanpa melihat ke han, menunduk sibuk mengoperasikan kohjinsha di depannya.

“karena gak ada orang lain juga mag..”, han menjawab pertanyaan balik dari pmag sambil tersenyum kecil.

pmag mengangkat kepalanya, melihat kearah han, ikut tersenyum kecil, lalu berkata: ”well, you know the risk pal..”, lalu kembali sibuk dengan kohjinsha-nya.

“te-o apa..?” tiba tiba jina menyela, “seribu satu onsky..?... emex..?”, lanjutnya seakan tidak butuh jawaban, lebih ingin menunjukkan dia bingung dan butuh penjelasan.

“duduk jin..”, sela han, “ satu persatu ok?”; dan jina duduk, bertopang dagu, menunggu han meneruskan.

x more tx, artinya gak bisa lagi transmit, ini yang terakhir” ujar han.

wt happ ab? see x evil wy x more?.. peewee tanya kenapa tidak bisa transmit lagi, toh evil sudah gak ada lagi” lanjut han.

“tapi kayaknya abe ketahuan, evil lagi mengejar dia mati matian sekarang…” lanjut han meneruskan, ketika tiba tiba pmag memotong pembicaraan dan menyerocos…

“ok, ok..one hundred one onsky, bukan seribu satu, artinya kesempatan lolos 1 banding seratus, lainnya ten one, one thousand one….. dan one million one” cerocos pmag.

“onsky artinya tidak bisa ber inisiatif apapun, kayak layangan di udara geraknya tergantung goyangan benang, yang ini tergantung gerakan lawan..”

“RC… rescue call, k..ketangkap ok? x trc x fp..no trace no foot-print, self/d..self-destroyed….ok..?, lanjut pmag.

jina menyela dengan suara pelan seakan takut diterkam pmag: ”all r/t..maksudnya all right khan..?”, dan tidak ada yang menjawab, kecuali han megerdipkan sebelah matanya ke jina.

“emex! emergency expose, elder sedang robot mode, cuma meninggalkan pesan xrdy 5.00fx, not ready for 5 fixed hours..ok..?”

“te o, artinya aku take over masalah ini…, sekarang coba artikan sendiri semuanya ok..?”, pmag mengakhiri cerocosannya, sambil melihat kearah pintu, mengernyit, seakan menunggu orang lain yang tak kunjung datang.

jina terhenyak…pikirannya melayang membayangkan abe, si kurus abe, lucu, baik hati, sok filsuf, cara ngomong yang aneh, lalu tiba tiba dia teriak: “aku bisa menghubungi abe, pasti bisa..!”; sambil matanya membelalak senang.

pmag melihat seakan heran ke arah jina, lalu berkata: “ya karena itu kamu bisa duduk disini… dungdung…!”, dan han tersenyum mendengar kata dungdung dari pmag.

“dungdung itu apa han..?, dengan kalem, jina bertanya sambil menoleh kearah han yang masih tetap tersenyum memandang pmag.

tiba tiba terdengar suara langkah orang datang, bain dan ken, tergopoh merespon on line call pmag; han beranjak dari kursi, menuju pintu, menunggu kedua orang itu masuk, sambil berkata pelan ke jina: ”dungdung itu dogol jin….”, lalu menutup pintu, menekan tombol merah dekat jendela, semua korden menutup, semua lampu menyala.

dari luar, war room tertutup rapat, kedap suara sunyi senyap seakan tak ada nyawa, meskipun mestinya ada pembicaraan panas di dalam sana.

waktu menunjukkan 16.30 sore, dan ketika semua orang siap siap pulang, di war room sedang siap siap perang....

……to be continued......

(di 501/28agustus2001/12.29am - edited 30januari08/19.16pm)

No comments:

 
 free web counter Counter Powered by  RedCounter